A. Memahami pengertian
1. Mu’jizat
Beberapa Devinisi Mengenai Mukjizat
a. Secara Bahasa Kata Mu’jizat adalah isim fa’il yg diambil dari
fi’il madhi arti melemahkan yg kata itu berasal dari kata yg berarti
lemah lawan dari kata yg berarti mampu. Jadi ungkapan mu’jizat Nabi
berarti sesuatu yg melemahkan lawan saat berhadapan.
Secara Istilah Para ulama memberikan beberapa definisi tentang mu’jizat di antaranya:
Mu’jizat adalah suatu perkara yg luar biasa dan tidak bisa
ditandingi yg disertai degan tantangan dgn maksud membuktikan kebenaran
seseorang yg mengaku bahwa diri adalah rasul. Ibnu Hamdan
mendefinisikan: “Mu’jizat adl suatu keluarbiasaan baik ucapan atau
perbuatan jika diiringi dan tepat degan pengakuan kerasulan serta sesuai
dengannya. Awal mula dalam rangka tantangan . Dan tdk seorangpun yg
mampu melakukan menyamai bahkan mendekati sekalipun.”
Nama Lain Mu’jizat
Mu’jizat disebut juga dgn Ayat Burhan Dala‘il Nubuwwah dan A’lam
Nubuwwah . Ibnu Taimiyyah mengatakan: “Lafadz-lafadz ini tadi bila
dijadikan sebagai nama Ayat kenabian sebenar lbh tepat menjelaskan
maksud dan tujuan dibandingkan lafadz Mu’jizat. Oleh karena lafadz
Mu’jizat tdk ada dlm Al-Qur`an dan As-Sunnah justru yg ada di dlm dgn
sebutan Ayat Bayyinah dan Burhan . Ahlul kalam tidaklah menyebut
Mu’jizat kecuali yg melekat pada Nabi saja. Adapun yg utk wali mereka
menyebut Karamah.
b. Dan ada yang mendinifisikan mujizat adalah tanda atau bukti
menakjubkan yang diberikan oleh Allah supaya manusia percaya kepada Nya.
c. Dalam bahasa asing mu'jizat itu disebut miracle seperti yang
berlaku pada Musa dengan tongkatnya yang menjadi ular atau telapak
tangannya menjadi putih bersinar terang.
d. Mu'jizat dinamakan mu'jizat (melemahkan) karena manusia lemah
untuk mendatangkan sesamanya, sebab mu'jizat berupa hal yang
bertentangan dengan adat.
e. Pengertian Mukjizat Menurut Agama Islam Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2001) kata mukjizat diartikan sebagai “kejadian ajaib yang
sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia” menurut Quraish Shihab
pengertian kata ini tidak sama dengan pengertian kata tersebut dalam
istilah agama islam.
Kata mukjizat terambil dari kata bahasa Arab a’jaza yang berarti
melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang melemahkan)
dinamai mu’jiz dan bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol
sehingga mampu membungkam lawan, maka dinamai mu’jizat. Tambahan ta’
marbuthah pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah (superlatif).
Oleh para pakar agama islam mukjizat antara lain didefinisikan sebagai
“suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang
mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang
ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak
mampu melayani tantangan itu.
Menurut Quraish Shihab (1998) secara garis besar mukjizat dibagi
kedalam mukjizat yang bersifat material indrawi lagi tidak kekal dan
mukjizat immaterial, logis dan dapat dibuktikan sepanjang masa. Mukjizat
nabi-nabi terdahulu kesemuanya merupakan jenis yang pertama. Mukjizat
mereka bersifat material dan indrawi dalam arti dapat disaksikan atau
dijangkau lewat indra secara langsung, misalnya perahu nabu Nuh as,
tidak terbakarnya nabi Ibrahim as, tongkat nabi Musa as dan penyembuhan
yang dilakukan oleh nabi Isa as atas izin allah swt.
Hal ini berbeda dengan mukjizat nabi Muhammad saw, yang bukan
indrawi atau material, namun dapat dipahami oleh akal, misalnya mukjizat
Al Qur’an.
Contoh Mujizat nabi besar Muhammad Saw Misteri Terbelahnya bulan dan
bersatu kembali adalah mukjizat. Dan Al-Qur'an Suci adalah mukjizat
abadi Nabi terakhir Saw dan Mukjizat para nabi sebelumnya seperti Nabi
Ibrahim as, Nabi Musa as dan Nabi Isa as—masing-masing Nabi ini mendapat
Kitab suci dan juga memiliki mukjizat—tidak identik dengan Kitab-kitab
suci mereka. Mereka melakukan perbuatan mukjizat seperti mengubah api
yang berkobar menjadi "dingin dan damai", mengubah tongkat kayu menjadi
ular besar, dan menghidupkan orang mati. Jelaslah mukjizat-mukjizat ini
sementara sifatnya. Namun untuk Nabi terakhir saw, Kitab sucinya itu
sendiri merupakan mukjizatnya. Kitab sucinya merupakan bukti
kenabiannya. Dengan demikian, mukjizat Nabi terakhir saw, tak seperti
mukjizat yang lain, abadi sifatnya, bukan dimaksudkan hanya untuk
sementara waktu.
2. Unsur-unsur yang menyertai mukjizat
Dari definisi mukjizat di atas kita dapat memahami bahwa terdapat beberapa unsure yang menyertai mukjizat yakni:
Pertama, adanya hal atau peristiwa luar biasa. Menurut Quraish
Shihab (1998) yang dimaksud dengan luar biasa adalahsesuatu yang berada
di luar jangkauan sebab dan akibat yang diketahui secara
umumhukum-hukumnya. Peristiwa-peristiwa alam misalnya yang terlihat
sehari-hari, walaupun menakjubkan tidak dinamai mukjizat karena ia telah
merupakan sesuatu yang biasa. Demikian halnya dengan hipnotisme atau
sihir,walaupun sekilas ia terlihat ajaib dan luar biasa, keduanya
bukanlah hal atau sesuatu yang luar biasa karena ia dapat dipelajari8
Kedua, terjadi atau dipaparkan oleh seorang yang mengaku nabi. Tidak
mustahil terjadi hal-hal diluar kebiasaan pada diri siapa pun. Namun
jika bukan dari seseorang yang mengaku nabi, maka ia tidak dinamai
mukjizat, namun irhash atau karamah (kekeramatan), bahkan tidak mustahil
terjadi pada orang yang durhaka pada Allah swt dan hal ini disebut
ihanah (penghinaan) atau istidraj (“rangsangan” untuk lebih durhaka)9
Berawal dari hal tersebut umat islam memiliki keyakinan bahwa Muhammad
saw adalah nabi terakhir. Konsekuensi dari keyakinan tersebut yakni
tidak mungkin lagi adanya mukjizat sepeninggal Nabi saw, walaupun ini
bukan berarti bahwa keluarbiasaan tidak dapat lagi terjadi dewasa ini.
Ketiga, mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian.
Tantangan ini meski berbarengan dengan pengakuan sebagai nabi. Disamping
itu tantangan tersebut juga sejalan dengan ucapan sang nabi. Misalnya
jika ia berkata “batu ini dapat berbicara” tetapi ketika batu tersebut
berbicara bahwa “sang penantang berbohong” maka keluarbiasaan ini
bukanlah suatu mukjizat tetapi ihanah atau ihanah atau istidraj.
Hal ini misalnya di jelaskan dalam Al-Qur'an yang merupakan
satu-satunya kitab samawi yang dengan jelas dan tegas menyatakan bahwa
tidak seorang pun yang mampu mendatangkan kitab sepertinya, meskipun
seluruh manusia dan jin berkumpul untuk melakukan hal itu.10 Bahkan,
mereka tidak akan mampu sekalipun untuk menyusun, misalnya, sepuluh
surat saja atau malah satu surat pendek sekalipun yang hanya mencakup
satu baris saja
Oleh karena itu, Al-Qur'an menantang seluruh umat manusia untuk
melakukan hal itu. Dan banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an yang menekankan
tantangan tersebut. Sesungguhnya ketidakmampuan mereka untuk
mendatangkan hal yang sama dan memenuhi tantangan tersebut merupakan
bukti atas kebenaran kitab suci itu dan risalah Nabi Muhammad saw dari
Allah SWT
Dengan demikian, tidak diragukan lagi bahwa Al-Qur'an telah
membuktikan pengakuannya sebagai mukjizat. Sebagaimana Rasul saw,
pembawa kitab ini, tersebut telah menyampaikannya kepada umat manusia
sebagai mukjizat yang abadi dan bukti yang kuat atas kenabiannya hingga
akhir masa.
Keempat, tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani. Bila
yang ditantang berhasil melakukan hal serupa, bahwa ini berarti bahwa
pengakuan sang penantang tidak terbukti, disisi lain kandungan tantangan
harus benar-benar dipahami oleh yang ditantang. Bahkan untuk lebih
membuktikan kegagalan mereka, biasanya aspek kemukjizatan masing-masing
nabi adalah hal-hal yang sesuai dengan bidang keahlian umatnya.. contoh
untuk hal ini misalnya mukjizat nabi Musa as yakni tongkat yang bisa
berubah menjadi ular (Q.S. Thaha ayat 63-76). Mukjizat nabi Shaleh as
kepada kaum Tsamud yang amat gandrung melukis dan memahat, maka oleh
allah swt Nabi Saleh as diberi mukjizat berupa seekor unta yang
benar-benar hidup dari batu karang yang kemudian mereka lihat makan dan
minum (Q.S. Al A’raf ayat 73 dan Q.S. Asy Syu’ara’ ayat 155-156 dan
hukuman terhadap kaum Tsamud dalam Q.S. Asy Syams ayat 13-15). Demikian
halnya dengan mukjizat nabi Isa as dalam hal pengobatan (Q.S. Ali Imran
ayat 49).
3. Tujuan dan fungsi mukjizat
Mukjizat memiliki fungsi sebagai bukti kebenaran para nabi. Namun
demikian bagi yang telah percaya kepada kenabian maka mukjizat akan
berfungsi untuk memperkuat iman serta menambah keyakinan akan kekuasaan
Allah SWT.
A. Memahami pengertian
1. Karomah
a. Karomah menurut bahasa/lughoh sama dengan Aza-zah artinya
kemuliaan (munjid hal 682) . Pengertian karomah menurut Syeck Ibrahim Al
Bajuri dalam kitabnya “Tuhfatul Murid” hal 91 bahwa karomah adalah”
sesuatu luar biasa yang tampak dari kekuasaan seorang hamba yang telah
jelas kebaikannya yang diteyapkan karena adanya ketekunan didalam
mengikuti syariat nabi dam mempunyai i’tiqod yang benar”
b. Menurut Hakim At-Tirmidz Adapun yang dimaksud karamah al-awliya’
tiada lain, kemuliaan, kehormatan,(al-ikram); penghargaan (al-taqdir);
dan persahabatan (al-wala) yang dimiliki para wali Allah berkat
penghargaan, kecintaan dan pertolongan Allah kepada mereka. Karamah
al-awliya itu, dalam pandangan Hakim at-Tirmidzi, merupakan salah satu
ciri para wali secara lahiriah (‘alamat al-awliya’ fi al-zhahir) yang
juga dinamakannya al-ayat atau tanda-tanda.
c. Karamah secara bahasa adalah kemuliaan, namun secara istilah
dalam agama maka banyak makna yg berbeda, yaitu pada muamalah
(pergaulan) karamah adalah orang yg mulia dan dermawan, pada bab
Tasawwuf karamah adalah kelebihan yg Allah berikan pada orang yg shalih
berupa keajaiban
d. Imam Qusyairi menjelaskan karomah sebagai penampakan karomah
merupakan tanda-tanda kebenaran sikap dan kelakuan seseorang.
Barangsiapa yang tidak benar sikap dan kelakuannya, maka tidak dapat
menunjukkan kekaromahannya. Dan Allah yang maha Qodim memberi tahu
kepada kita agar membedakan orang yang benar dan mana yang batil. [Abul
Qosim Abdul Karim Hawazim Qusyairi Naisabury, Risaltul Qusyairiyah,
Darul Khoir, halaman 353]
e. Karomah ialah suatu perkara (mencakup ucapan dan perbuatan) yang
telah melanggar (keluar) dari adat kebiasaan manusia, yang selamat dari
berbagai sanggahan (hal-hal yang membatalkannya) yang Allah berikan
kepada hambanya yang shalih.
f. Istilah karomah berasal dari bahasa Arab. Secara bahasa berarti
mulia . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mengistilahkan karomah
dengan keramat diartikan suci dan dapat mengadakan sesuatu diluar
kemampuan manusia biasa karena ketaqwaanya kepada Tuhan. [Dept. P&K,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakarta, halaman 483]
g. Syaikh Thohir bin Sholeh Al-Jazairi mengartikan kata karomah
adalah perkara luar biasa yang tampak pada seorang wali yang tidak
disertai dengan pengakuan seorang Nabi. [Thohir bin Sholeh Al-Jazairi,
Jawahirul Kalamiyah, terjemahan Jakfar Amir, Penerbit Raja Murah
Pekalongan, hal. 40]
B. Klasifikasi manusia yang mendapatkan karomah:
1. Wali Aqthab atau Wali Quthub
Wali yang sangat paripurna. Ia memimpin dan menguasai wali diseluruh
alam semesta. Jumlahnya hanya seorang setiap masa. Jika wali ini wafat,
maka Wali Quthub lainnya yang menggantikan.
2. Wali Aimmah
Pembantu Wali Quthub. Posisi mereka menggantikan Wali Quthub jika
wafat. Jumlahnya dua orang dalam setiap masa. Seorang bernama Abdur
Robbi, bertugas menyaksikan alam malakut. Dan lainnya bernama Abdul
Malik, bertugas menyaksikan alam malaikat.
3. Wali Autad
Jumlahnya empat orang. Berada di empat wilayah penjuru mata angin,
yang masing-masing menguasai wilayahnya. Pusat wilayah berada di Kakbah.
Kadang dalam Wali Autad terdapat juga wanita. Mereka bergelar Abdul
Haiyi, Abdul Alim, Abdul Qadir dan Abdu Murid.
4. Wali Abdal
Abdal berarti pengganti. Dinamakan demikian karena jika meninggal di
suatu tempat, mereka menunjuk penggantinya. Jumlah Wali Abdal sebanyak
tujuh orang, yang menguasai ketujuh iklim. Pengarang kitab Futuhatul
Makkiyah dan Fushus Hikam yang terkenal itu, mengaku pernah melihat dan
bergaul baik dengan ke tujuh Wali Abdal di Makkatul Mukarramah.
Pada tahun 586 di Spanyol, Ibnu Arabi bertemu Wali Abdal bernama
Musa al-Baidarani. Abdul Madjid bin Salamah sahabat Ibnu Arabi pernah
bertemu Wali Abdal bernama Mu’az bin al-Asyrash. Beliau kemudian
menanyakan bagaimana cara mencapai kedudukan Wali Abdal. Ia menjawab
dengan lapar, tidak tidur dimalam hari, banyak diam dan mengasingkan
diri dari keramaian.
5. Wali Nuqoba’
Jumlah mereka sebanyak 12 orang dalam setiap masa. Allah memahamkan
mereka tentang hukum syariat. Dengan demikian mereka akan segera
menyadari terhadap semua tipuan hawa nafsu dan iblis. Jika Wali Nuqoba’
melihat bekas telapak kaki seseorang diatas tanah, mereka mengetahui
apakah jejak orang alim atau bodoh, orang baik atau tidak.
6. Wali Nujaba’
Jumlahnya mereka sebanyak 8 orang dalam setiap masa.
7. Wali Hawariyyun
Berasal dari kata hawari, yang berarti pembela. Ia adalah orang yang
membela agama Allah, baik dengan argumen maupun senjata. Pada zaman
nabi Muhammad sebagai Hawari adalah Zubair bin Awam. Allah
menganugerahkan kepada Wali Hawariyyun ilmu pengetahuan, keberanian dan
ketekunan dalam beribadah.
8. Wali Rajabiyyun
Dinamakan demikian, karena karomahnya muncul selalu dalam bulan
Rajab. Jumlah mereka sebanyak 40 orang. Terdapat di berbagai negara dan
antara mereka saling mengenal. Wali Rajabiyyun dapat mengetahui batin
seseorang. Wali ini setiap awal bulan Rajab, badannya terasa berat
bagaikan terhimpit langit. Mereka berbaring diatas ranjang dengan tubuh
kaku tak bergerak. Bahkan, akan terlihat kedua pelupuk matanya tidak
berkedip hingga sore hari. Keesokan harinya perasaan seperti itu baru
berkurang. Pada hari ketiga, mereka menyaksikan peristiwa ghaib.Berbagai
rahasia kebesaran Allah tersingkap, padahal mereka masih tetap
berbaring diatas ranjang. Keadaan Wali Rajabiyyun tetap demikian,
sesudah 3 hari baru bisa berbicara.Apabila bulan Rajab berakhir,
bagaikan terlepas dari ikatan lalu bangun. Ia akan kembali ke posisinya
semula. Jika mereka seorang pedagang, maka akan kembali ke pekerjaannya
sehari-hari sebagai pedagang.
9. Wali Khata
Khatam berarti penutup. Jumlahnya hanya seorang dalam setiap masa.
Wali Khatam bertugas menguasai dan mengurus wilayah kekuasaan ummat nabi
Muhammd,saw.
A. Memahami Pengertian
1. Maunah
a. Dalam kamus Lisanul 'Arab, kata ma'unah dari 'awana,mashdar-nya
adalah al'aun dan mu'awanah dan juga ma'unah kata kata tersebut suka
dikiaskan dengan arti pertolongan, bantuan. Itu jika kita kaji secara
bahasa saja.
b. Dalam pandangan Islam, ma'unah pertolongan dari Allah dapat kita
minta dengan cara yang telah ditentukan Allah dalam Alquran dan juga
petunjuk Nabi-Nya, sebagaimana Allah menyatakan dalam Al-Quran, "Hanya
Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan." (Al-Fatihah: 5).
Kemudian pada ayat lain "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyu." (Al-Baqarah: 45).
c. Dalam kamus Lisanul 'Arab, kata ma'unah dari 'awana,mashdar-nya
adalah al'aun dan mu'awanah dan juga ma'unah kata kata tersebut suka
dikiaskan dengan arti pertolongan, bantuan. Itu jika kita kaji secara
bahasa saja.
Dalam pandangan Islam, ma'unah pertolongan dari Allah dapat kita
minta dengan cara yang telah ditentukan Allah dalam Alquran dan juga
petunjuk Nabi-Nya, sebagaimana Allah menyatakan dalam Al-Quran, "Hanya
Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan." (Al-Fatihah: 5).
Dalam kamus Lisanul 'Arab, kata ma'unah dari 'awana,mashdar-nya
adalah al'aun dan mu'awanah dan juga ma'unah kata kata tersebut suka
dikiaskan dengan arti pertolongan, bantuan. Itu jika kita kaji secara
bahasa saja.
Dalam pandangan Islam, ma'unah pertolongan dari Allah dapat kita
minta dengan cara yang telah ditentukan Allah dalam Alquran dan juga
petunjuk Nabi-Nya, sebagaimana Allah menyatakan dalam Al-Quran, "Hanya
Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan." (Al-Fatihah: 5).
2. Irhash
Irhash adalah sesuatu yang luar biasa yang diberikan Allah kepada
seseorang yang dipersiapkan untuk membawa risalah. Seperti melindunginya
awan atas Nabi Muhammad Saw sebelum Pengutusan beliau. Dapat dikatakan
Irkhash adalah sesuatu yang diberikan kepada calon Nabi berupa
keluarbiasaan.
KESIMPULAN
Secara Bahasa Kata Mu’jizat adalah isim fa’il yg diambil dari fi’il
madhi arti melemahkan yg kata itu berasal dari kata yg berarti lemah
lawan dari kata yg berarti mampu. Jadi ungkapan mu’jizat Nabi berarti
sesuatu yg melemahkan lawan saat berhadapan.
Secara Istilah Para ulama memberikan beberapa definisi tentang mu’jizat di antaranya:
Mu’jizat adalah suatu perkara yg luar biasa dan tidak bisa
ditandingi yg disertai degan tantangan dgn maksud membuktikan kebenaran
seseorang yg mengaku bahwa diri adalah rasul. Ibnu Hamdan
mendefinisikan: “Mu’jizat adl suatu keluarbiasaan baik ucapan atau
perbuatan jika diiringi dan tepat degan pengakuan kerasulan serta sesuai
dengannya. Awal mula dalam rangka tantangan . Dan tdk seorangpun yg
mampu melakukan menyamai bahkan mendekati sekalipun.
Karomah menurut bahasa/lughoh sama dengan Aza-zah artinya kemuliaan
(munjid hal 682) . Pengertian karomah menurut Syeck Ibrahim Al Bajuri
dalam kitabnya “tuhfatul Murid” hal 91 bahwa karomah adalah” sesuatu
luar biasa yang tampak dari kekuasaan seorang hamba yang telah jelas
kebaikannya yang diteyapkan karena adanya ketekunan didalam mengikuti
syariat nabi dam mempunyai i’tiqod yang benar”
Dalam kamus Lisanul 'Arab, kata ma'unah dari 'awana,mashdar-nya
adalah al'aun dan mu'awanah dan juga ma'unah kata kata tersebut suka
dikiaskan dengan arti pertolongan, bantuan. Itu jika kita kaji secara
bahasa saja.
Irhash adalah sesuatu yang luar biasa yang diberikan Allah kepada
seseorang yang dipersiapkan untuk membawa risalah. Seperti melindunginya
awan atas Nabi Muhammad Saw sebelum Pengutusan beliau. Dapat dikatakan
Irkhash adalah sesuatu yang diberikan kepada calon Nabi berupa
keluarbiasaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar