MENATAP zaman edan yang begitu menyengsarakan sendi-sendi kehidupan
rakyat, hidup serba tidak menentu, semuanya serba sulit menentukan
sikap, serta tidak ada fundamen keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
benar dan kokoh, sebenarnya sudah diantisipasi nenek moyang kita jauh
hari sebelum hal itu terjadi. Orang-orang yang Waskita ”wong kang limpad
ing budi” (orang-orang yang mampu membaca tanda jaman).
Salah satu alternatif dari sumbangan orang Jawa menghadapi jaman edan
ialah membaca ”Kidung Rumekso Ing Wengi”(KRIW), yang merupakan karya
Sunan Kalijaga sehabis sembahyang malam, kidung ini sudah terkenal di
wilayah Nusantara dan sering dilantunkan di pedesaan pada pertunjukkan
ketoprak, wayang kulit dll atau peronda di malam hari yang sunyi.
Bait yang utama dari KRIW itu sangat dikenal karena berisi mantra tolak
balak, sedangkan bait selanjutnya yang berjumlah delapan jarang
dinyanyikan karena dianggap terlalu panjang.
Laku kidung ini mengingatkan manusia agar mendekatkan diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa, sehingga terhindar dari kutukan dan malapetaka yang lebih
dahsyat. Dengan demikian kita dituntut untuk senantiasa berbakti,
beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sedangkan fungsi kidung secara eksplisit tersurat dalam kalimat kidung
itu, yang antara lain; Penolak balak di malam hari, seperti teluh,
santet, duduk, ngama, maling, penggawe ala dan semua malapetaka.
Pembebas semua benda . Pemyembuh penyakit, termasuk gila. Pembebas
pageblug. Pemercepat jodoh bagi perawan tua. Menang dalam perang .
Memperlancar cita-cita luhur dan mulia.
Siapa yang tidak ingin selamat dalam hidupnya ? Semua manusia ingin
selamat. Tidak ada yang ingin celaka. Ucapan "selamat " diucapkan dalam
berbagai bahasa di dunia. Assalamu 'alaikum, selamat pagi, selamat
siang, selamat sore, selamat malam; good morning, good night dan
sebagainya. Manusia bila bertemu saling mendoakan agar masing-masing
selamat (assalamu 'alaikum). Selamat dirinya, keluarganya, harta
bendanya. Uangnya ditaruh di lemari besi, didepositokan di bank biar
selamat. Pakai helm standar dan sabuk pengaman bila berkendaraan motor
atau mobil. Pakai rompi anti peluru, CCTV, alat detektor logam dan bahan
peledak, payung cadangan, tangga darurat, alat peringatan dini
gelombang tsunami, kamuflase, jasa pengawalan, pengawal pribadi atau
bodyguard yang kesemuanya itu dengan tujuan ingin aman atau selamat.
Ada berbagai upaya yang dilakukan oleh manusia agar selamat, diantaranya
melalui doa permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Seperti mantra
atau doa keselamatan yang terkandung dalam Kidung Rumeksa ing Wengi.
Mantra atau doa ini tercantum dalam Buku Mistik dan Makrifat Sunan
Kalijaga karangan Achmad Chodjim Penerbit PT. Serambi Ilmu Semesta
Jakarta.
Kidung Rumeksa Ing Wengi
----------------------------
Ana kidung rumekso ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
niwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah ing mami
guna duduk pan sirno
Sakehing lara pan samya bali
Sakeh ngama pan sami mirunda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aeng lemah sangar
Songing landhak guwaning
Wong lemah miring
Myang pakiponing merak
Pagupakaning warak sakalir
Nadyan arca myang segara asat
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat
Lan sagung pra rasul
Pinayungan ing Hyang Suksma
Ati Adam utekku baginda Esis
Pangucapku ya Musa
Napasku nabi Ngisa linuwih
Nabi Yakup pamiryarsaningwang
Dawud suwaraku mangke
Nabi brahim nyawaku
Nabi Sleman kasekten mami
Nabi Yusuf rupeng wang
Edris ing rambutku
Baginda Ngali kuliting wang
Abubakar getih daging Ngumar singgih
Balung baginda ngusman
Sumsumingsun Patimah linuwih
Siti aminah bayuning angga
Ayup ing ususku mangke
Nabi Nuh ing jejantung
Nabi Yunus ing otot mami
Netraku ya Muhamad
Pamuluku Rasul
Pinayungan Adam Kawa
Sampun pepak sakathahe para nabi
Dadya sarira tunggal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar