Banyak
orang yang mengaku telah mendapatkan wahyu atau suatu amanah tertentu.
Padahal, belum tentu kegaiban yang mereka alami itu sebagai suatu
kebenaran. Waspadalah, banyak pembisik gaib yang menyesatkan ummat
manusia dari akidahnya…!
Akhir-akhir ini marak sekali bermunculan aliran-aliran yang sifatnya
sesat dan menyesatkan. Terjadinya penyimpangan ini sudah barang tentu
dipelopori oleh orang-orang yang mengaku telah mendapatkan bisikan gaib,
atau semacam wahyu, yang diyakininya dari malaikat Jibril, atau
sumber-sumber lain yang sifatnya tak kasat mata. Fenomena inilah yang
kemudian diklaim sebagai bentuk pengangkatan atau pentasbihan
orang-orang terkait sebagai nabi, ruhul kudus, atau titisan dari
tokoh-tokoh tertentu semacam Bung Karno.
Tanpa keimanan, ilmu yang memadai, serta tanpa saringan informasin yang
benar, maka orang-orang murtad itu akan dengan mudah menyeret banyak
menjadi korban kemurtadan mereka. Orang-orang seperti ini selalu
mengaku benar menurut dirinya sendiri tanpa berpikir akibatnya, atau
kurangnya berpedoman pada hukum serta ajaran agama. Wabil khusus risalah
yang telah dibawa oleh Baginda Rasulullah SAW, yaitu Al-Quran dan
Hadits, disamping juga kaidah yang terkandung di dalamnya.Imam Ibnu Atho
Illah berkata, “Orang yang paling patut dijauhi adalah mereka yang
mengaku dirinya ulama, ahli kitab, ahli dakwah, ahli hukum dan mengaku
sebagai pengayom umat, namun ilmu dan pemahaman Islamnya selalu memakai
khayali (logika semata), dan bukan berpegang pada hukum kitabullah, maka
orang seperti itu lebih sangat ditakutkan daripada Dajjal.”
Lanjutnya pula, “Tidak dibenarkan orang yang mengaku dirinya nabi,
(secara keseluruhan ) mengaku sebagai titisan, penyampai wahyu, pemegang
hujjah dari para malaikat dan lainnya, kecuali orang orang seperti ini
tak lain dan tak bukan adalah generasi penerus Dajjal yang dilaknat.”
Nah, sebagai pemahaman lebih luas, kitab Khomsinal Aqoid menjelaskan
secara panjang lebar, di antaranya seputar “kelembutan bujuk rayu
setan” sebagai sang pembisik gaib.
Setan adalah mahkluk yang diciptakan oleh Allah SWT sebagai pembawa
mudilun atau kerusakan bagi umat manusia. Mereka tercipta dari keturunan
api lewat silsilah iblis yang dilaknat. Dengan kelebihannya, setan yang
ditangguhkan ajalnya sampai akhir zaman senantiasa banyak membawa
kemurtadan bagi umat manusia lewat kelembutan dan bujuk rayunya.
Seperti apakah bujuk rayu yang banyak diterapkan untuk menjebloskan umat manusia itu?
Dalam pembedaran kitab Tibyanil Asmaul Husna diterangkan, bahwasannya
bangsa setan seringkali menyesatkan makhluk yang berakal dengan cara
pembodohan, yakni lewat media mimpi dan iming-iming amanat yang
menggiurkan bagi anak manusia. Sebagai contoh, penjelmaan yang
diterapkan dalam makna mimpi yang mengamanatkan pada seseorang menjadi
satrio piningit, titisan Bung Karno, pemegang harta karun, dan berbagai
gelar dari salah satu tokoh legendaris yang pernah ada di belahan jagat
raya. Termasuk juga sebagai nabi atau pengemban amanat wahyu dari
Jibril.
Cara tipu daya setan seperti ini memang terbuti sangat jitu mempengaruhi
orang-orang yang kurang bisa memahami arti keyakinan dan akidah
ketauhidan. Mereka hanya melalap habis segala isyaroh atau mimpi yang
diterimanya tanpa terlebih dahulu melakukan penelaahan benar atau
tidaknya berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan, khususnya risalah
keagamaan.
Rupanya, bukan hanya sampai disini para wadyabala setan membisiki dan
merayu umat manusia. Mereka juga kerap membikin terlena dengan perangkap
halusnya, sehingga jiwa orang-orang yang menjadi sasarannya haus akan
kebanggaan semu lewat iming-iming yang menyatakan bahwa, seakan-akan
mereka adalah orang yang telah ditunjuk sebagai titisan, pemegang
wahyu, pembuka harta gaib, dan lain sebagainya.
Nah, orang-orang yang pikirannya telah dicekoki oleh bangsa setan ini
pada akhirnya akan berupaya mengambil suatu peranan penting, yang
membawa diri mereka seolah paling sakti dan benar menurut ukutan dirinya
sendiri. Pada puncak hayalannya nanti, orang-orang seperti ini akan
melahirkan banyak hujjah yang sangat menyimpang dari ajaran yang
normative, khususnya yang bersinggungan dengan akidah Islam.
Bila sudah seperti ini kejadiannya, maka segala kewajiban yang
menyangkut sanak saudara serta keluarga dari orang-orang tersebut akan
ditinggalkan. Lewat jaringan tertentu, nama besar serta kedudukannya
akan terus dicari. Berbagai pengikut bodoh akan terus direkrut sebagai
tameng dirinya , dan ajaran sesat pun mulai dibuka secara transparans.
Waspadalah! Kita sebagai umat Muhammad SAW jangan sampai terpedaya
dengan segala tipu muslihat orang-orang semacam itu, apalagi dijadikan
sebagai tameng dirinya. Karena itu, perbanyaklah pengetahuan agama,
sehingga dengan keluasan ilmu kita akan banyak membantu diri kita,
khususnya dalam memelihara jalan hidup yang benar.
Hakikatnya ilmu adalah satu, yaitu diciptakan oleh Allah SWT , sebagai
wasilah hidup dalam suatu pemahaman. Dan penimbaan ilmu yang bermanfaat,
penuh magfiroh, syafakoh dan derajat dunia akherat, patut menjadi
tujuan hidup kita selaku ummat yang beragama.
Sebagai bahan perenungan, berikut ini kami nukilkan satu kisah dari Waliyullah Quthbul Ghoist, Syekh Abdul Qodir Al Jailani…:
Kala itu sang Waliyullah baru saja menerima derajat tertinggi sebagai
raja Waliyullah sedunia. Ketika Syekh sedang menyendiri dengan
kekhusyukannya di salah satu areal gunung Tursina, datanglah kepadanya
seorang pemuda tampan rupawan.
“Wahai Waliyulloh agung, saya datang ke sini jauh jauh dari langit,
dengan tujuan tiada lain sekedar untuk menyampaikan salam hormat dan
amanat dari bangsa malaikat, bahwa dengan derajatmu saat ini sebagai
raja wali sedunia, Allah SWT telah memberikan wahyu kepadaku, yang
menyatakan, bahwa Allah sangat menyayangimu seperti halnya pada diri
Rasulullah SAW. Kini hatimu telah dibersihkan dan segala amalmu telah
menjadi bagian surgaNya. Apapun yang kau lakukan Allah SWT akan tetap
meridhoimu.”
Mendengar perkataan itu, Syekh lalu menukah, “Wahai iblis yang dilaknat
oleh Allah, menyingkirlah dari hadapanku sebelum aku sendiri akan
menyiksamu!”
Meski sang tamu sama sekali tidak menyakitinya apalagi sampai berkata
kasar, namun inilah kelebihan dari Syekh Abdul Qodir dalam menyikapi
pemahaman ilmu bersifat sirri atau rahasia.Diakhir kalimat yang
diucapkannya, sang tamu menyatakan, “apapun yang kau lakukan Allah SWT
akan tetap meridhoimu.” Hal ini jelas sangat menyimpang dalam ajaran
Islam, sebab seolah-olah Syekh Abdul Qodir Al Jaelani ini boleh
melakukan apapun yang dikehendakinya walau yang diharamkan sekalipun.
Belajar dari kisah tersebut, maka sudah sepatutnya kita selaku awam
menegaskan dalam sanubari kita, bahwa pada dasarnya kita sebagai umat
manusia yang ingin tetap berpegang pada pedoman akidah dan agama Islam,
tiada lain kita harus terus mempelajari segala ilmu dan makna ibadah.
Mengapa? Sebab hanya dengan semua ini kunci dari semua arti hidup dunia
akherat akan kita pahami dengan sepenuhnya.
Lantas, bagaimana jika kita mendapatkan suatu alamah baik dari mimpi,
dan agar kita bisa paham mana mimpi yang salah dan mana yang benar?
Sesungguhnya asal usul mimpi adalah bagian dari “Ziadatuttaqwa” atau hal
yang dapat menambah arti ketakwaan kepada Allah SWT, baik mimpi itu
yang bersifat benar maupun yang menyesatkan. Seperti contoh, apabila di
sela tidur kita bermimpi baik, maka langkah yang harus kita perbuat
adalah wajib menambah rasa syukur kepada Allah SWT.
Demikian sebaliknya. Bila kita mendapatkan mimpi buruk, maka langkah
kita pun harus disesuaikan, yaitu memohon terus menerus kepada Allah,
untuk selalu dijauhi dari segala marabahaya dan cobaan yang
memberatkan.
Sementara, untuk mimpi yang mempunyai amanat gaib atau dapat diartikan
sebagai ilham, semisal mimpi diberikan amanat beragam mustika, titel,
nama besar, harta karun dan lain sebagainya, mimpi semacam ini
jawabanya terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Apabila setelah bangun, apa yang dimimpikan tadi tidak nyata atau tidak ada wujudnya, maka wajib jangan dipercaya.
2. Apabila setelah bangun ternyata benda yang dimimpikan tadi
berwujud nyata, maka hal semacam ini mempunyai dua jawaban yang harus
ditelaah secara matang, yakni:
- Dengan tolak ukur
Pemahaman disini berkaitan dengan intropeksi diri, seperti sudahkah
tirakat kita sepadan dengan apa yang dimimpikan tadi, sehingga mimpi
tersebut menjadi nyata, ataukah hanya sekedar permainan jin kafir yang
akan menjadikan hati kita berubah dari keyakinan dan keimanan kita.
- Dengan pengimbangan rasa
Bahwa segala sesuatu yang wujud maupun tak kasat mata, pada intinya
hanya sekedar wasilah yang pada akhirnaya akan dikembalikan lagi kepada
Allah SWT. Nah,cara seperti ini yang dianggap paling benar menurut ahli
sufi.
Sedangkan versi lain tentang pemahaman menyibak arti mimpi sebagai
sebuah bentuk “amanat gaib”, khususnya ahli fikih banyak yang mengikuti
tata cara yang diambil dari riwayat Nabiyulloh Ibrahim AS, yaitu disaat
beliau mendapatkan mimpi yang menyuruhnya untuk menyembelih anaknya,
Nabiyullah Ismail AS.
Pertama kali mimpi itu datang, Ibrahim tidak langsung mempercainya,
karena menurutnya hal semacam ini sangat melanggar hukum agama dan hukum
qisos. Namun, setelah beliau menerima mimpi yang sama sampai tiga kali
berturut-turut, maka Ibrahim pun langsung berujar dengan nada yang
sangat tegas, “Wahai Dzat yang menciptakan, sesungguhnya mimpiku
bukanlah sekedar kembang tidur, tapi mimpiku ini adalah wahyu-Mu yang
kau turunkan langsung untuk diriku. Sungguh aku kan patuh menjalankan
segala peritahmu, karena tiada satupun dari hambaMu yang mampu
menciptakan mimpi yang sama sebanyak tiga kali berturut turut, kecuali
hanya diriMu sebagai Dzat Pencipta Alam Semesta”.
Al hasil, Allah SWT yang sebenarnya hanya menguji keimanan dari hamba
pilihanNya ini membawa suatu pelajaran yang sangat berharga bagi seluruh
umat manusia dan wajib kita jadikan pedoman sebagai dasar hidup yang
benar. Bahwa, segala bentuk mimpi, apalagi yang biri pesan tentang
kegaiban, akan menjadi nyata dan boleh kita percayai, apabila mimpi ini
selalu berulang sebanyak tiga kali dengan alur kisah yang sama.
Karena itulah, bila kita bermimpi cuma sekali, baik yang bersifat
amanat maupun yang lainnya, maka jangan sesekali kita langsung mempercai
mimpi tersebut, sebab mimpi seperti ini 90 persen sekedar kembang tidur
yang sama sekali tidak mempunyai arti atau kemanfaatan.
Semoga dengan kajian ini akan membawa manfaat, wabil khusus kepada
mereka suka dengan takwil mimpi. Semoga kita semua menjadi orang yang
senantiasa berhati-hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar